KompasReal.com, Jakarta – Harga emas dunia kembali menggemparkan pasar keuangan global dengan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Pada perdagangan awal pekan ini, harga emas di pasar spot dilaporkan berhasil menembus level psikologis baru di atas US$4.100 per troy ounce.
Bahkan, beberapa laporan mencatat harga emas berjangka AS sempat menyentuh level US$4.110 per troy ounce pada Senin (13/10/2025), yang didorong oleh kombinasi ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter.
Di dalam negeri, lonjakan harga emas dunia ini turut mengerek harga emas batangan domestik. Sebagai contoh, harga emas Antam dilaporkan telah melampaui rekor sebelumnya dan berada di atas Rp2.500.000 per gram di beberapa waktu perdagangan, meskipun harga harian dapat berfluktuasi.
Faktor-Faktor Utama di Balik Kenaikan Emas
Reli emas yang luar biasa ini disebabkan oleh beberapa faktor fundamental dan sentimen pasar yang kompleks:
1. Ketidakpastian Geopolitik dan Perang Dagang AS-China:
Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas, diperburuk dengan ancaman tarif baru dari AS. Ketidakpastian semacam ini meningkatkan kekhawatiran global terhadap stabilitas ekonomi dan rantai pasokan. Emas, yang dianggap sebagai aset safe haven (aset lindung nilai), menjadi buruan utama investor saat risiko global meningkat.
2. Ekspektasi Pelonggaran Suku Bunga Federal Reserve (The Fed):
Pasar keuangan semakin yakin bahwa bank sentral AS, The Fed, akan segera melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter, termasuk pemangkasan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan nilai Dolar AS dan mengurangi biaya peluang memegang emas (yang tidak memberikan imbal hasil/bunga). Hal ini secara otomatis meningkatkan daya tarik emas.
3. Aksi Borong Bank Sentral Global:
Data dari World Gold Council (WGC) menunjukkan bahwa bank sentral di berbagai negara, terutama di Asia dan negara-negara berkembang, terus melakukan pembelian emas besar-besaran dan stabil. Pembelian ini mencerminkan upaya untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada Dolar AS. Tren ini memberikan dukungan fundamental yang kuat bagi harga emas.
4. Krisis Kepercayaan terhadap Sistem Keuangan Global:
Beberapa analis menilai, reli emas yang mencapai rekor ini juga mencerminkan adanya krisis kepercayaan di kalangan investor terhadap sistem keuangan global yang didominasi oleh mata uang Barat. Investor mencari aset yang memiliki nilai intrinsik, seperti emas, sebagai bentuk “perlawanan” terhadap ketidakstabilan fiskal dan moneter.
Proyeksi Harga Emas ke Depan
Dengan momentum bullish (tren naik) yang sangat kuat, banyak analis dan lembaga investasi memperkirakan harga emas masih memiliki ruang untuk terus menanjak.
- Jangka Pendek: Beberapa analis memprediksi emas berpotensi menguji level US$4.200 per troy ounce dalam waktu dekat jika sentimen positif terus berlanjut. Namun, koreksi teknikal juga mungkin terjadi mengingat kenaikan yang sudah sangat tinggi.
- Jangka Panjang (Akhir 2026): Proyeksi dari lembaga besar seperti Societe Generale (SocGen) dan Goldman Sachs bahkan menunjukkan target harga emas dapat menembus US$4.900 hingga US$5.000 per troy ounce pada akhir tahun 2026. Hal ini didukung oleh ekspektasi suku bunga yang rendah secara berkelanjutan dan ketidakpastian geopolitik yang persisten.
Bagi investor, kenaikan harga emas ini membuka peluang keuntungan, namun juga menuntut kehati-hatian. Emas tetap menjadi aset penting untuk diversifikasi dan lindung nilai, terutama di tengah gejolak pasar global saat ini. (KR/gm)