Pemekaran Tabagsel Menggema: Janji ‘Halak Hita’ Bobby Nasution Dianggap Ingkar, Karma Sampuraga Menanti!

KompasReal.com, Medan – Gelombang desakan pemekaran Daerah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) kembali menguat, dipicu oleh kekecewaan mendalam atas minimnya perhatian pemerintah provinsi.

Proyek pembangunan jalan yang sangat dinantikan warga di wilayah strategis Sumatra Utara ini batal, memperparah rasa diabaikan oleh kepemimpinan saat ini.

Tokoh pemuda Tabagsel, Tan Gozali Nasution, pendiri Ikatan Pemuda Mandailing, tak kuasa menahan kekecewaan. Ia menuding Gubernur Bobby Nasution, yang merupakan menantu mantan Presiden Joko Widodo, telah bersikap diskriminatif terhadap Tabagsel, tanah kelahirannya sendiri.

“Seharusnya seorang gubernur adalah pemimpin untuk semua wilayah, bukan hanya untuk daerah yang memberi dukungan suara besar saat pemilu. Kalau pun suara di Tabagsel kecil, bukan berarti pembangunan boleh diabaikan,” tegas Tan pada Selasa (30/9/2025) di Panyabungan, Mandailing Natal.

Senada, Pemerhati Pembangunan Tabagsel, Bang Regar, mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam atas pengkhianatan janji oleh “Halak Hita” (orang kita sendiri).

“Rasanya sakit kalau dikhianati putra asli sendiri ketimbang janji orang lain. Hati-hati, Karma Sampuraga pasti berlaku!” ujar Bang Regar, merujuk pada legenda yang mengisahkan hukuman bagi mereka yang melupakan asal-usulnya.

Janji Bobby Nasution untuk berkantor di Tabagsel selama tiga bulan pasca-pelantikan sebagai gubernur, yang hingga kini tak terealisasi, menjadi sorotan tajam dan bukti nyata ingkar janji.

Ironisnya, Tabagsel bukanlah daerah miskin sumber daya. Wilayah ini adalah lumbung kekayaan alam melimpah, dari tambang emas, minyak, pembangkit listrik, hingga perkebunan sawit skala besar yang banyak dikuasai perusahaan berplat BK, BM, dan BA.

Padahal, Tabagsel memiliki identitas plat kendaraan tersendiri, yaitu BB. “Bahkan perkebunan milik perusahaan Sumut mayoritas berada di Mandailing Natal. Tapi lihat kondisi daerahnya, jauh dari kata sejahtera,” tambah Tan.

Baca Juga :  Ini 3 Nama Kandidat Calon Ketua DPD PDIP Sumut

Di balik kekayaan ini, masyarakat Tabagsel justru terjerat dalam keterbatasan infrastruktur. Jalan-jalan rusak parah, fasilitas kesehatan yang jauh dari memadai, dan kualitas pendidikan yang tertinggal jauh dibandingkan daerah lain di Sumatra Utara.

Tak hanya hasil bumi, Tabagsel juga merupakan paru-paru dunia dengan hutan tropis Taman Nasional Batang Gadis dan Ekosistem Batangtoru, rumah bagi keanekaragaman hayati.

“Jangan lupa, oksigen yang dihirup masyarakat Medan dan juga gubernur hari ini sebagian besar berasal dari hutan di Tabagsel,” Tan menegaskan.

Melihat kondisi ini, desakan agar Tabagsel dimekarkan menjadi provinsi sendiri semakin nyaring. Tan Gozali menekankan bahwa secara historis, Tabagsel memiliki identitas yang berbeda, diperkuat dengan keberadaan plat nomor kendaraan khusus “BB” sebagai simbol pemisahan identitas.

“Kami sudah menjalin komunikasi dengan para tokoh di Mandailing. Saatnya Tabagsel merdeka dari Sumut, supaya tidak terus dimiskinkan oleh pusat provinsi,” pungkasnya.

Tabagsel saat ini mencakup lima daerah otonom hasil pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu:

  1. Kabupaten Tapanuli Selatan
  2. Kabupaten Mandailing Natal
  3. Kabupaten Padang Lawas
  4. Kabupaten Padang Lawas Utara
  5. Kota Padangsidimpuan

Dengan potensi besar yang dimiliki dan kekecewaan yang memuncak, harapan masyarakat Tabagsel untuk mendapatkan perhatian serius dalam pembangunan kini berujung pada wacana pemekaran provinsi baru sebagai solusi jangka panjang demi kesejahteraan yang telah lama dinanti. (Tim)