KompasReal.com, Mandailing Natal – Sahrida Nasution, seorang ibu dari keluarga miskin di Desa Hutabargot Setia, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), meninggal dunia pada 14 Mei 2025 lalu. Ironisnya, ia diduga tidak mendapatkan penanganan medis yang layak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panyabungan.
Lima bulan telah berlalu sejak kejadian tragis itu. Namun, Direktur RSUD Panyabungan dan dokter yang bertugas seolah lepas tangan, tanpa ada itikad baik untuk menyelesaikan masalah ini.
Sairin Rangkuti, suami korban, akhirnya angkat bicara dengan nada geram dan menyatakan akan menempuh jalur hukum demi mencari keadilan untuk sang istri.
“Saya akan membuat laporan pengaduan resmi ke Polres Mandailing Natal. Saya akan laporkan dokter Syafran yang merawat istri saya, dan juga Direktur RSUD, dr. Rusli Pulungan,” tegas Sairin kepada wartawan, Senin (6/10/2025).
Sairin mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak RSUD yang sebelumnya berjanji akan datang ke rumah untuk menyelesaikan persoalan ini. Namun, hingga saat ini, tak seorang pun dari pihak rumah sakit yang datang menemuinya.
“Setelah istri saya meninggal, dokter Rusli berjanji akan menyuruh dokter Safran datang ke rumah kami untuk meminta maaf atas kelalaian pihak rumah sakit. Lima bulan sudah kami menanti, namun tidak satupun yang datang ke rumah kami sampai sekarang ini,” ungkap Sairin dengan nada pilu.
Sairin merasa pihak RSUD seolah mendiamkan masalah ini tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Oleh karena itu, ia bertekad untuk terus menggugat dan menempuh jalur hukum demi mendapatkan keadilan yang sejati.
“Saya kecewa atas hal ini. Keluarga besar saya pun tidak terima persoalan ini didiamkan begitu saja tanpa ada perasaan bersalah dari pihak RSUD, termasuk dokter spesialis. Saya akan menggugat masalah ini ke jalur hukum,” tegasnya.
Sairin Rangkuti menceritakan kronologi awal saat almarhumah istrinya dibawa ke RSUD pada hari Minggu, 11 Maret 2025. Namun, hingga Rabu sore, 14 Maret 2025, Sahrida meninggal dunia tanpa ada penanganan yang memadai dari pihak rumah sakit. Alasannya? Dokter spesialis penyakit dalam sedang “libur” karena tanggal merah.
“Alasan pihak rumah sakit ke saya, katanya dokter spesialis tidak masuk karena tanggal merah,” ungkap Sairin dengan nada getir.
Setelah kejadian tragis itu, Sairin mengaku dihubungi oleh oknum berinisial OR dan diminta datang ke rumah sakit dalam kondisi berduka. Setibanya di RSUD, ia ditawari sebuah amplop oleh pihak rumah sakit.
Namun, Sairin menolak tawaran tersebut karena ia tidak membutuhkan uang, melainkan keadilan atas kematian istrinya.
“Beberapa hari setelah istri meninggal, pihak rumah sakit menyuruh saya datang dan diajak oleh oknum berinisial OR. Setiba di RSUD, saya ditawarkan amplop yang sama sekali tidak saya ketahui apa isinya. Saya menolak itu karena saya tidak mengharapkan uang, saya hanya butuh keadilan,” tegasnya.
“Lalu, amplop itu diberikan kepada anak saya dengan alasan pemberian itu tidak ada kaitan dengan kejadian, melainkan hanya sebagai santunan saja. Dan itu tidak atas seizin saya,” imbuh Sairin.
Sairin merasa dijebak dalam pertemuan di RSUD tersebut. Ia mengaku tidak mengetahui kepentingan apa di balik pemanggilan dirinya ke rumah sakit. Tiba-tiba, ia sudah diajak bicara tentang perdamaian, padahal ia masih dalam suasana berduka.
Dalam pertemuan itu, ia terpaksa menerima permintaan maaf dari pihak rumah sakit tanpa panjang lebar dan langsung pergi.
“Saya memaafkan mereka waktu itu bukan berarti semuanya selesai, karena saya merasa dijebak, disuruh datang dan berdamai secara tiba-tiba. Kala itu, saya nyatakan tidak akan memaafkan persoalan yang mengakibatkan istri saya meninggal, jika mereka tidak datang menemui saya dan keluarga besar saya di rumah,” tutup Sairin dengan nada penuh tekad.
Terkait hal ini, Direktur RSUD Panyabungan, dr. M. Rusli Pulungan, Sp.THT-KL belum berhasil dikonfirmasi hingga berita ini ditayangkan.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia kesehatan di Mandailing Natal. Akankah Sairin mendapatkan keadilan untuk istrinya? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya. (Tim)