kompasreal

Hasan Nasbi Mundur dari Jabatan Kepala PCO

redaksi
Keterangan Foto: Imam Suwandi, S.Sos.,M.I.Kom. (Penulis) Pengamat Sosial dan Politik. (Kepala Litbang dan Diklat DPP SWI).

Penulis : Imam Suwandi, S.Sos.,M.I.Kom.

Pengamat Sosial dan Politik.

(Kepala Litbang dan Diklat DPP SWI).

Jakarta, KompasReal.com – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi telah mengundurkan diri dari posisinya di Kabinet Merah Putih. Pengunduran diri ini diumumkan melalui surat yang dikirimkan ke Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya pada 21 April 2025.

Keputusan Hasan Nasbi untuk mundur dari jabatannya diduga terkait dengan pernyataannya yang kontroversial beberapa waktu lalu. Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas aksi teror kepala babi dan tikus yang diterima redaksi Tempo. Hasan Nasbi saat itu menyatakan bahwa teror tersebut tidak perlu dibesar-besarkan dan bahkan menyarankan agar kepala babi itu dimasak saja.

Pernyataan ini menuai kritik keras dari berbagai pihak, termasuk kalangan jurnalis, organisasi pers, dan masyarakat sipil. Mereka menilai komentar Hasan Nasbi tidak sensitif, merendahkan kebebasan pers, dan berpotensi melegitimasi tindakan kekerasan terhadap media.

Mundurnya Hasan Nasbi dapat disikapi dari beberapa sudut pandang. Pertama, pengunduran diri ini dapat dilihat sebagai bentuk tanggung jawab atas pernyataan kontroversial yang telah menimbulkan kegaduhan dan merusak citra pemerintah. Sebagai pejabat publik yang memiliki peran penting dalam komunikasi kepresidenan, Hasan Nasbi seharusnya lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapat, terutama terkait isu sensitif seperti kebebasan pers dan ancaman terhadap media.

Kedua, mundurnya Hasan Nasbi juga bisa merupakan respons terhadap desakan publik yang kuat. Kritikan tajam dari berbagai pihak, termasuk media yang menjadi korban teror, kemungkinan menjadi pertimbangan bagi Hasan Nasbi untuk mengundurkan diri.

Ketiga, kasus ini menjadi catatan penting terkait kinerja komunikasi pemerintah. Pernyataan seorang pejabat tinggi negara yang meremehkan ancaman terhadap pers menunjukkan adanya persoalan dalam pemahaman dan penyikapan terhadap isu kebebasan pers di lingkungan pemerintah. Mundurnya Hasan Nasbi diharapkan dapat menjadi momentum untuk evaluasi dan perbaikan dalam strategi komunikasi pemerintah ke depan.

Baca Juga :  Ketua DPD SWI PSP - Tapsel Mengajak Media Awasi Kepentingan Elit Politik Menuju Pemilu 2024

Terakhir, komentar Hasan Nasbi dan respons lambat dari pemerintah dalam menyikapi teror terhadap Tempo berpotensi menurunkan kepercayaan publik terhadap komitmen pemerintah dalam menjamin kebebasan pers dan keamanan jurnalis. Mundurnya Hasan Nasbi diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memulihkan kepercayaan tersebut.

Kesimpulannya, mundurnya Hasan Nasbi dari Kepala PCO perlu dilihat sebagai konsekuensi logis dari pernyataannya yang kontroversial terkait teror terhadap Tempo. Sikap meremehkan ancaman terhadap pers adalah tindakan yang tidak dapat diterima, terutama dari seorang pejabat yang memiliki tanggung jawab dalam komunikasi pemerintah.

Langkah ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi para pejabat publik lainnya untuk lebih berhati-hati dan sensitif dalam menyampaikan pendapat, serta menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kebebasan pers dan perlindungan jurnalis. Pemerintah juga perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem komunikasi publiknya agar insiden serupa tidak terulang kembali.

Please rate this

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *