Survei itu juga mengulas kinerja Pemkab Tapsel empat tahun terakhir di bawah pimpinan Dolly Pasaribu. Ada 61,2 persen responden menyatakan Tapsel tidak berkembang sama sekali dan 14,5 persen yang mengakui berkembang baik. Lalu 19,8 persen responden menjawab biasa saja.
Persepsi publik terhadap tidak bekembangnya Tapsel dipengaruhi berbagai masalah seperti rusaknya jalan dan jembatan, serta tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Tapsel.
Hal itu mengacu pada kekhawatiran warga Tapsel terhadap kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Selain itu, masalah pertanian, kelautan dan tingginya korupsi juga dianggap responden cukup meresahkan.
Karena itu pula ada 80 persen responden yang menyatakan tidak puas terhadap kinerja Dolly selama menjabat bupati. Rinciannya 60,8 persen mengaku tidak puas sama sekali, lalu ada 19,2 persen kurang puas, sisanya 1,8 persen sangat puas dan 11,5 persen cukup puas dan 6,7 tidak menjawab.
Survei itu juga mengukur kepuasan kepemimpinan antara Syahrul M Pasaribu, bupati sebelum Dolly Pasaribu. Sebanyak 70,5 persen responden mengaku Tapsel lebih bagus dipimpin era Syahrul Pasaribu dibanding Dolly yang hanya 14,8 persen.
“Jika dlihat dari elektabilitas, popularitas dan tingkat kesukaan, hasil survei ini linier dengan tingkat ketidakpuasan terhadap kinerja Pemkab Tapsel saat dipimpin Dolly Pasaribu,” jelas Abdul Rahman Matondang.
Metodologi survei menggunakan multistage random sampling dengan populasi tersebar di 15 kecamatan secara proporsional yang ada di Tapsel dan sudah berumur 17 tahun.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 1.200 orang dengan margin error 2,88 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dilakukan juga quality control 15 persen dari total sampel random dengan mendatangi kembali responden terpilih.